Selasa, 14 Februari 2012

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

PENDAHULUAN


Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, baik untuk kebutuhan langsung seperti bahan baku air minum, air industri, sanitasi maupun keperluan tidak langsung seperti irigasi, peternakan, pembangkit listrik tenaga air maupun kebutuhan lainnya.

Sumber daya air merupakan sumber kehidupan dan penghidupan yang sangat penting, oleh karena itu potensi air yang melimpah di Indonesia harus diberdayakan semaksimal mungkin, baik untuk bidang pertanian maupun tenaga listrik.

Perancangan pemanfaatan air sungai memerlukan adanya konsep untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan di masa mendatang


Di sektor pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pengairan, termasuk bendungan/dam, dan saluran irigasi, hampir tidak pernah berhenti sepanjang waktu. Meliputi waktu, bendungan/dam dan saluran irigasi.


Demikian juga dengan proyek penyediaan air baku, instalasi pengolahan air bersih dan penanggulangan banjir


SEJARAH IRIGASI DAN BENDUNG


Di Indonesia sawah sudah ada sejak sebelum jaman Hindu. Pada jaman Hindu telah dilakukan usaha-usaha pembangunan prasarana irigasi secara sederhana. Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarahnya yaitu usaha pembagian irigasi yang dapat disaksikan di berbagai tempat. Misalnya irigasi subak di Bali, irigasi-irigasi kecil di Jawa dan sistem pendistribusian air dengan istilah minta air sebatu di Minangkabau.


Pembangunan irigasi pada waktu itu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuhan. Prasarana irigasi dibangun dengan cara sederhana, yaitu dengan menumpukkan batu atau cerucuk-cerucuk yang diisi batu sebagai bahan bendung. Seiring dengan perkembangan jaman, irigasi Indonesia berkembang terus hingga memasuki periode jaman penjajahan Belanda.


Bangunan air dibangun mulai dari yang sederhana sampai dengan yang cukup besar, diantaranya:




  • Bendung Glapan di Kali Tuntang, Jawa Tengah Tahun 1852
  • Bendung Sedadi, bendung Nambo (1910), bendung-bendung Kali Wadas, Sungapan, Cisadap dan lain-lain di Jawa Tengah
  • Bendung di Jawa Timur seperti Bendung Pekalen (1856), bendung Umbul (1909), bendung Sampean (1883), bendung Jati dan sebagainya.
  • Bendung di Jawa Barat seperti bendung Cisuru, di sungai Cisokan Cianjur (1886), Cipager di Cirebon (1909), Jamblang, 1912, Rentang, 1910, Cigasong dan Pamarayan, 1911, Cipeles, 1920, Walahar dan Pasar Baru, 1925 dan sebagainya.
  • Di Sumatera Barat yaitu Bendung Kuranji, 1920Di lampung bendung Argoguruh, 1930
  • Di Sulawesi Selatan bendung Sadang

Pembangunan prasarana irigasi di Jawa sekitar tahun 1852 di latar belakangi oleh berbagai sebab, diantaranya untuk perluasan tanaman tebu dan untuk usaha penyedian pangan dalam rangka mengatasi bahaya keresahan akibat kelaparan di daerah Demak sekitar tahun 1849.


Sampai dengan tahun 1885 pembangunan irigasi hanya seluas 210.000 hektar. Luas sawah ini meningkat sampai dengan periode 1940 yaitu menjadi 1.280.000 hektar.


Pada jaman Jepang sampai dengan periode 1968 perkembangn irigasi di Indonesia kurang berarti. Semenjak dicanangkan PELITA pertama hingga kini perkembangan luas lahan irigasi bertambah dengan pesat. Begitu pula pembangunan bendung sebagai prasarana irigasi, telah ribuan jumlahnya baik yang dibangun baru, maupun hasil rehabilitasi total maupun rehabilitasi sebagian.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar